Selasa, 26 November 2013

Mengenali Konsep "Aku Ingin Maju" Dalam Diri Kita (Recognize the concept of "I Want Forward" In Ourselves)

Pernahkah Anda mendengar Nanotechnologist, atau ada istilah lain Medical Roboticist, Computer Forensic Analyst, atau Seed Production Engineer, Biomedical Engineer, Biorefinary Plant Specialist?


alam kesempatan ini saya ingin mengajak Anda terutama para remaja untuk melihat kedirian kita dalam konteks sosial yang lebih luas, bahwa di luar diri kita, rumah, teman-teman, sekolah, lingkungan kita ada hal menarik untuk dijadikan sandaran, tujuan, pegangan, acuan atau apapun sehingga kita tidak terjebak dalam radius lingkaran yang kecil dalam melihat dan menjalani kehidupan kita.


Jika kita mendengar nama Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Bill Gates, Sergey Brin, Larry Page, hampir semua mengenal mereka sebagai orang muda super sukses. Baru-baru ini peraih hadiah Nobel perdamaian juga orang muda, Tawakul Karmen, wanita 31 tahun seorang jurnalis yang aktif memperjuangkan hak asasi dan kebebasan berekspresi. Kita melihat banyak orang hebat di luar sana, yang tidak cuma pintar di dalam tapi juga punya kontribusi untuk orang lain. Namun jika kita berusaha menilik ke dalam, Indonesia punya banyak sekali orang muda yang luar biasa. Sebut saja seperti Muhammad Aimar dari Pangkal Pinang, peraih medali emas pada Olimpiade Sains Kuark tahun 2011 yang lalu, ada juga Steven Yuwono yang menjadi juara Olimpiade Sains di Taiwan pada 2008 lalu. Kita bisa saja merasionalisasi peristiwa itu sebagai peristiwa langka. Namun bagaimana dengan nama Henrikus Kusbiantoro sang desaigner logo kelas dunia, Sehat Sutardja pendiri Marvell Corporation yang pusatnya di Silicon valley, Oki Gunawan yang bekerja di Pusat Riset IBM atau Merry Riana wanita belia yang sukses di Singapura dan bahkan dinotbatkan sebagai wanita paling sukses dan inspiratif oleh Menpora-nya Singapura. Jika diteruskan, ternyata banyak orang muda Indonesia yang hebat.


Orang "setengah tua" yang hebat pun tidak kalah jumlahnya di negeri ini. Sebut saja Pak Sugiarto yang masih berusia 31 tahun tapi sudah memikirkan bagaimana menghasilkan air bersih buat warganya dan mengawali perjuangannya dengan menanam bibit beberapa jenis pohon, atau Ibu Tri Mumpuni yang "mencerahkan" masyarakat dengan teknologi listik yang sederhana namun bisa diterapkan dan ternyata manfaatnya amat sangat besar sehingga masyarakat desa tetap bisa membaca di malam hari dan melanjutkan kegiatan lain tanpa terhalang oleh kegelapan; Kak Butet Manurung, Mama Yosepha Alomang -dan masih banyak lagi nama-nama Indonesia yang kiprahnya tidak hanya di peruntukkan bagi kedirian, namun lebih pada kemasyarakatan dan keIndonesiaan.


Seringkali kita berpikir, untuk apa memikirkan yang hebat-hebat dan jauh-jauh, memikirkan persoalan diri sendiri saja sulit dan tidak selesai. Untuk apa repot-repot berusaha kalau sekarang saja sudah nyaman.


Berikut adalah 4 hal yang bisa kita ambil kesimpulan dari paragraf diatas:

1.Bergerak, Berubah dan Maju


Mengacu pada istilah-istilah di paragraph pertama, itu semua adalah jenis pekerjaan yang dibutuhkan dalam rentang waktu 10 tahun mendatang. Sangat mungkin Indonesia pun membutuhkan jenis pekerjaan tersebut untuk memajukan pertanian, teknologi media & informasi serta sektor lain seperti konstruksi, industri serta pariwisata. Jika dilihat dari peta Indonesia, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus di bereskan untuk bisa jadi "orang maju" dan masyarakat maju; namun di pihak lain kesempatan untuk berpartisipasi dalam mewujudkannya pun sangat besar. Terlepas dari kondisi pemerintah dan birokrasi serta praktek hukum yang masih tidak jelas, masing-masing pribadi sudah pasti punya tugas dan misi "pribadi" ketika dilahirkan ke dunia ini yang harus di aktualisasikan semasa hidup.


Paragraph kedua, melukiskan orang-orang yang mengaktualisasikan kemampuan dan talentanya, searah dengan hidup mereka masing-masing. Contoh ini ingin mengatakan bahwa setiap orang dibekali talenta dan potensi yang memampukan masing-masing mewujudkan sesuatu yang baik demi kebaikan manusia (for human kind). Jadi mewujudkan sesuatu yang baik tidak mesti jadi orang besar dan orang terkenal dulu; dan mewujudkan yang besar pun tidak selalu membuat kita jadi pahlawan besar dan terkenal. Saya yakin banyak dari pembaca yang asing dengan nama-nama tersebut di atas.


2.Hidup dalam ilusi dan otomatisasi

Apa hubungannya antara paragraph satu dan dua? Apakah artikel ini ingin memotivasi pembaca untuk menjadi orang hebat? Tentunya tidak demikian. Sederhananya, artikel ini ingin mengajak pembaca untuk melihat ke dalam diri, supaya menemukan kembali apa yang menjadi rencana hidup masing-masing agar hari lepas hari tidak berjalan begitu saja secara otomatis, karena dalam otomatisasi, tidak ada perubahan dan kemajuan. Di dalam setiap pribadi sudah tentu di tanamkan potensi laten yang akan teraktualisasikan jika ada media dan sarana (waktu, tempat, kesempatan). Pertanyaannya bukanlah apakah kesempatan itu harus dicari ataukah ditunggu. Masalah yang jauh lebih mendasar adalah, do we want to know what can we do and what can we be ?


Para remaja terutama, kini banyak yang kehilangan arah dan tujuan karena otomatisasi dari aktivitas dan illusion of stability (ilusi akan kepastian). Masa remaja memang penuh dengan dinamika yang kadang meriah, kadang suram. Namun di luar dari kejadian sehari-hari, seberapa banyak yang memikirkan secara serius masa depannya dan menjalaninya accordingly secara konsisten, baik dengan cara membekali diri dengan ketrampilan maupun mematangkan ketrampilan dan keahlian yang sudah ada. Berapa banyak yang sudah mencari tahu apa yang dilakukan remaja-remaja di Negara lain, di tempat lain, di pulau lain atau di desa lain. Berapa banyak yang menelusuri masa depan Indonesia dan untuk itu apa yang "saya" butuhkan untuk bisa survive dan eksis di masa nanti; dan "apa yang bisa saya lakukan untuk tanah air ini".


3.Berawal Dari Krisis

Pertanyaan ini jika diarahkan pada diri sendiri, kemungkinan menimbulkan krisis yang seyogyanya tidak dihindari meski membuat hati tidak nyaman. Sayangnya kebanyakan remaja masih banyak yang memilih untuk menghindar berhadapan dengan calon kenyataan ini, dan memenuhi pikiran serta perasaan dengan hal-hal yang "mudah, sederhana dan menyenangkan", kalau perlu tidak usah berpikir apalagi memikirkan yang serius-serius. Padahal, jika di selidiki, setiap remaja pasti punya mimpi besar. Keri Russel mengatakan


"Sometimes it's the smallest decisions that can change your life forever".


Pepatah ini secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa bukan soal besar kecilnya keputusan maupun tantangan yang dihadapi, namun apakah kita berani membuat keputusan.


4.Being, Doing and Becoming

Ada pepatah menarik, "Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it's called the Present". Pepatah ini saya ungkapkan dan sasarkan pada para remaja terutama, supaya kita semua berhenti mengacukan diri pada segala sesuatu yang bersifat sementara, memakai ukuran jangka pendek maupun sibuk dengan persoalan yang tidak esensial / tidak penting karena ternyata hidup ini dibangun dari kekinian di tengah konteks perubahan yang sangat cepat.. Seperti kata Thomas L Friedman, "When the world is flat, whatever can be done will be done. The only question is whether it will be done by you or to you".

Indonesia kelak membutuhkan nanotechnologist, biomedical engineer, self enrichment and educators, energy resources engineer, dan banyak lagi. Pertanyaannya, apakah Anda, para remaja punya kemampuan dan keahlian yang dikatakan di google sebagai pekerjaan yang paling dibutuhkan 10 tahun mendatang. Apakah kita siap menghadapi perubahan drastic dunia dengan kekinian kita apa adanya ? Apakah kita masih bisa hidup tenang, nyaman, enak pada 10 tahun mendatang dengan kekinian dan kebiasaan yang kita pertahankan ini ? Apakah kita tahu bagaimana menggenapi mimpi kita sendiri dan apakah kita mampu menggenapi misi kita selama hidup di dunia ini. Mulailah kita menjawab satu per satu pertanyaan itu supaya kita bisa melanjutkan kehidupan ini dengan lebih baik. Cogito Ergo Sum ( "aku berpikir maka aku ada" )


Recognize the concept of "I Want Forward" In Ourselves

Have you heard nanotechnologist, or any other term Medical roboticist, Computer Forensic Analyst, or Seed Production Engineer, Biomedical Engineer, Specialist Plant Biorefinary?. D

nature of this opportunity I would like to invite you, especially the youth to see our selfhood in the larger social context, that outside of us, home, friends, school, our neighborhood there are interesting things to be relied upon, aim, grip, reference or anything that we do not get caught up in a small radius of the circle to see and live our lives.

 
If we hear the name Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Bill Gates, Sergey Brin, Larry Page, almost all young people know them as the super successful. Recently the Nobel peace prize winner also young people, Tawakul Karmen, a woman 31 years journalist who actively fight for human rights and freedom of expression. We see a lot of great people out there, which is not only smart but also in a contribution to others. But if we try to look into the inside, Indonesia has so many outstanding young people. Call it like Muhammad Aimar from Louth, gold medalist at the 2011 Science Olympiad quark years ago, there was also a champion Steven Yuwono Science Olympiad in Taiwan in 2008. We could rationalize that event as a rare event. But what about the name Henrikus Kusbiantoro desaigner world-class logo, Healthy Sutardja founder of Marvell Corporation headquarters in Silicon Valley, Oki Gunawan, who worked at the IBM Research Center or Merry Riana is a successful young woman in Singapore and even dinotbatkan as the most successful and inspiring women by his Menpora Singapore. If passed, it was a lot of great young people of Indonesia.

 
People "old half" was no less great numbers in this country. Call it Mr. Sugiarto who were aged 31 years old but already thinking about how to produce clean water for its citizens and began her struggle with some type of tree to plant seeds, or Mom Tri Mumpuni the "enlightened" society with electric technology is simple but can be applied and it was extremely beneficial large so that the villagers can still read in the evenings and other activities to continue unhindered by the darkness; Kak Butet Manurung, Mama Josepha Alomang, and many more names of Indonesia that their work not only at designated for selfhood, but rather on social and keindonesiaan .

 
Often we think, to think what a great-great and far-away, think of yourself only problem is difficult and not complete. Why bother to try that now it is comfortable.

 
Here are four things that we can take the conclusion of the paragraph above:

1.Bergerak, Changed and Developed

 
Referring to the terms in the first paragraph, it's all kinds of jobs needed in the span of 10 years. Indonesia was most probably require the kind of work is to promote agriculture, media & information technology and other sectors such as construction, industry and tourism. If seen from the map of Indonesia, a lot of homework to do in the clean up to be so "advanced people" and the progress; but on the other party the opportunity to participate in realizing it was very large. Regardless of the condition of the government and bureaucracy and legal practices that are still unclear, each individual is definitely a task and mission of "personal" when they are born into this world that should be actualised during his life.

 
The second paragraph, describe the people who actualize the ability and talent, in line with their own lives. This example is like saying that anyone equipped with the talent and potential that enables each bring something good for the good of mankind (for human kind). So do not realize something good must be the great and famous people first, and realize that big was not always make us so great and famous hero. I'm sure a lot of readers unfamiliar with the names mentioned above.

 
2.Hidup in illusion and automation

What is the relationship between paragraph one and two? Did this article to motivate the reader to be great? Surely not. Simply put, this article would like to invite readers to look inside ourselves, in order to rediscover what is the plan for their lives day after day just does not run automatically, because of the automation, there is no change and progress. Within each person is certainly on the latent potential to be implanted actualized if any media and means (time, place, occasion). The question is not whether the opportunity is to be sought or expected. Much more fundamental issue is, do we want to know what we can do and what can we be?

 
The teenagers especially, now many are losing direction and purpose for the automation of activities and the illusion of stability (the illusion of certainty). Adolescence is full of dynamics, sometimes lively, sometimes bleak. But outside of daily events, how many are seriously thinking about his future and accordingly live it consistently, either by way of skills and equip themselves with skills and expertise to finalize the existing one. How many have to find out what teenagers in other countries, in other places, on other islands or in other villages. How many are traced for the future of Indonesia and it's what "I" need to be able to survive and exist in the later period, and "what can I do for this country".

 
3.Berawal From Crisis

The question is if it is directed at himself, raises the possibility that the crisis should not be avoided despite careful not comfortable making. Unfortunately, most teenagers are still many who choose to avoid dealing with the reality of this potential, and fulfill the thoughts and feelings with things that are "easy, simple and fun", if necessary, do not think let alone think about the serious-serious. In fact, if in the survey, each youth must have had big dreams. Keri Russell says

 
"Sometimes it's the smallest decisions can change your life That forever".

 
This maxim is not immediately want to say that's not about the size of the decisions and challenges, but if we dare to make a decision.

 
4.Being, Doing and Becoming

There is a saying interesting, "Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it's called the Present". I mentioned this saying and sasarkan on teenagers, especially, that we all stopped referenced on everything that is temporary, short and wear a size busy with matters which are not essential / not essential because it is built of contemporary life in the context of changes very fast .. As Thomas L Friedman said, "When the world is flat, whatever can be done will be done. The only question is whether it will be done by you or to you".

Indonesia later require nanotechnologist, biomedical engineer, self enrichment and educators, engineers energy resources, and more. The question is whether you, the young have the skills and expertise that is said in google as most jobs it takes 10 years. Are we ready to face drastic changes in our contemporary world with what it is? Are we still able to live a quiet, comfortable, good in 10 years to the present and the habits we keep it? Do we know how to fulfill our own dreams and whether we can fulfill our mission while living in this world. We begin to answer that question one by one so that we can continue this life better. Cogito Ergo Sum ("I think therefore I am")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar